4 Feb 2009

Sapuku Yang Kotor

Tidak betah itulah yang terasa pertama kali waktuku melihat rumahku ini. Sudah 3 hari tidak dibersihkan, orang tuaku pergi dan pembatu belum juga kembali jadi tidak ada yang membersihkannya seperti biasa. Rumahku ini terbilang cukup luas dan bertingkat jadi untuk menyapunya saja butuh waktu seharian.

Berat rasanya untuk menyapu rumahku ini karena saya sudah merasa terlalu lelah untuk melakukannya. Seharian memang kerjaan saya bisa dibilang berat belum lagi jika malamnya saya harus pergi ke klub atau lapangan dekat rumah, jadi terkadang jika waktu istirahat saya lebih saya sangat bersyukur.

Aneh memang jika saya lihat ke dalam rumah debu halus, pasir dan sampah lainnya sudah menumpuk dan memanggil saya untuk membersihkan semua itu. Maunya sih menunggu semuanya pulang jadi bukan saya yang melakukannya. Bukannya tidak mau tapi waktu dan terlalu lelah menghalangi saya jadi biarlah kotor dulu untuk sementara waktu.
Diluar rencana orang tuaku memutuskan untuk menghabiskan waktu lebih lama dari yang direncanakan. Tidak mungkin saya menghalangi hal itu karena memang saya merasa mereka layak mendapat waktu lebih lama untuk berlibur melihat yang selama ini mereka kerjakan.

Rumahku lagi-lagi harus terlantar dengan kondisi yang sudah parah. Setelah dipikr-dipikir lagi akhirnya saya memutuskan untuk merubah jadwal dihari sabtu saya. Dihari sabtu harusnya saya melatih dan menjadi mentor disuatu sekolah namun rencana itu sepertinya harus dibatalkan karena kondisi rumah yang terbilang parah.
Sabtunya saya mulai dengan membersihkan semua yang berhubungan dengan kaca dan merapikan semua yang berantrakan. Setelah itu barulah saya menyapu. Sapu yang biasa dipakai saya ambil dan mulai menyapu dari ruang tamu takut nantinya ada tamu. Setelah itu saya lanjutkan kekamar saya dan setelah melihat hasil kerjaan saya di ruang tamu betapa terkejutnya saya.

Ruangan itu bukannya tambah bersih tapi tambah kotor dari yang semula, aneh memang dan ternyata semua itu karena sapu yang saya pakai. Sapu itu kotor entah mengapa. Marah bukan main saya sudah lelah saya menyapu ternyata bukannya bersih eh malah kotor. Sumpah serapahpun keluar karena hal ini dan tidak biasanya saya semarah ini.
Kalau dilihat lagi kejadian yang saya alami percaya atau tidak juga dialami pemerintah. Pemerintah yang mau membersihkan korupsi namun tidak menyadari betapa kotornya “Sapu-sapu” yang mereka gunakan.Pemerintah tidak menyadari bahwa bukannya membersihkan tapi mereka hanya menambah kotor saja.

“Sapu-sapu” yang pemerintah gunakan memang tidak semuanya kotor, namun bagaimanapun juga “Sapu-sapu” yang kotor itu tetap saja mebuat kotor. Jadi pemerintah mau tidak mau harus memeriksa kembali “Sapu-sapu” yang mereka gunakan,jika tidak maka harapan kita untuk melihat pemerintahan yang bersih lenyap sudah.

0 komentar:

Posting Komentar